Fenomena ini menegaskan bahwa popularitas sesaat tak cukup untuk menjamin kelangsungan bisnis dalam jangka panjang. Di era digital yang serba cepat, banyak bisnis bermunculan dengan strategi viral demi menarik perhatian publik. Namun, seperti halnya tren di dunia hiburan atau judi bola yang naik turun tergantung momentum, keberlangsungan sebuah usaha memerlukan lebih dari sekadar popularitas.
Membuka bisnis franchise atau restoran tak hanya soal mengikuti tren. Di balik kesuksesan yang viral, ada tantangan besar dalam mempertahankan konsistensi, minat pasar, dan efisiensi operasional. Tak sedikit merek waralaba yang sempat jadi primadona, namun kemudian meredup, bahkan gulung tikar. Sama halnya dengan dunia judi bola, popularitas tim atau pemain bisa memengaruhi taruhan, tapi tidak menjamin kemenangan.
Baca juga : Los Angeles Rusuh juni 2025
Berikut ini beberapa contoh franchise yang sempat viral di Indonesia, namun kini tak lagi bersinar:
Karen’s Diner: Viral karena Jutek, Tutup dalam Enam Bulan
Karen’s Diner sempat mencuri perhatian publik dengan konsep ekstrem, pelayanan jutek dan kasar yang justru menjadi daya tarik. Restoran asal Australia ini membuka cabangnya di Jakarta Selatan dan langsung ramai diburu warganet yang penasaran ingin merasakan pengalaman makan dengan cara yang tak biasa.
Namun, pada November 2023, Karen’s Diner resmi menutup operasionalnya di Jakarta. Mantan pegawai restoran itu, Bedwina Baptista, lewat akun TikTok-nya mengungkapkan bahwa kontrak mereka memang hanya bersifat musiman selama enam bulan. Fenomena ini mirip dengan tren judi bola online, yang bisa cepat booming tapi juga cepat ditinggalkan ketika sensasi atau hasilnya tak sesuai harapan.
7-Eleven: Primadona Nongkrong yang Tak Tahan Biaya Operasional
7-Eleven sempat menjadi ikon tempat nongkrong anak muda urban sekitar 2011. Dengan konsep toko modern lengkap dengan kopi, makanan cepat saji, hingga WiFi gratis, 7-Eleven menjadi bagian dari gaya hidup remaja kota besar.
Sayangnya, membengkaknya biaya operasional karena terlalu banyak gerai sewa membuat franchise ini kolaps. Pada tahun 2017, seluruh gerai 7-Eleven di Indonesia resmi ditutup. Ini menunjukkan bahwa strategi jangka pendek tak selalu menjamin stabilitas, seperti halnya strategi taruhan dalam judi bola yang kadang berhasil, tapi sering kali berisiko tinggi jika tidak direncanakan matang.
Lotteria: Cepat Saji Korea yang Harus Pulang Kampung
Lotteria, restoran cepat saji asal Korea Selatan, hadir di Indonesia dan cukup populer dengan sajian ayam goreng dan burger bernuansa Korea.
Namun, pada 2020, seluruh gerainya ditutup secara permanen. Melalui akun media sosial resminya, manajemen mengucapkan terima kasih kepada pelanggan dan mengumumkan bahwa mereka berhenti beroperasi per 29 Juni 2020, tanpa penjelasan detail penyebabnya. Lagi-lagi, viralitas tidak cukup kuat jika tak dibarengi manajemen yang solid—baik dalam bisnis makanan maupun industri judi bola yang juga menuntut konsistensi dan strategi.
Fish & Co: Cita Rasa Laut yang Tak Lagi Bersinar
Restoran seafood asal Singapura ini dikenal dengan penyajian ikonik menu disajikan dalam wajan. Fish & Co pernah jadi favorit keluarga dan pencinta seafood di Indonesia. Namun, tanpa banyak pemberitahuan, pada 31 Desember 2022 seluruh gerai Fish & Co di Indonesia resmi ditutup.
Kondisi ini mengingatkan bahwa daya tarik awal saja tak cukup. Seperti dunia judi bola, performa dan keberlanjutan adalah kunci utama. Tanpa inovasi dan kemampuan adaptasi, bisnis bisa kehilangan momentum.
Warunk Upnormal: Nongkrong Kekinian yang Mulai Sepi
Warunk Upnormal sempat menjadi raja tempat nongkrong anak muda dengan konsep menu “anak kos” seperti indomie kekinian, roti bakar, dan suasana cafe yang Instagramable. Beberapa gerai memang masih beroperasi hingga sekarang, namun jumlah pengunjung mulai menyusut dan sejumlah cabang telah ditutup.
Bisa dibilang, Warunk Upnormal menjadi korban dari perubahan gaya hidup pasca-pandemi. Sama seperti judi bola, yang mengalami penurunan peminat saat liga-liga besar ditunda atau performa tim andalan menurun.
Kesimpulan: Popularitas Harus Didukung Manajemen yang Kuat
Fenomena merek-merek franchise yang sempat viral namun kemudian tumbang ini menjadi pelajaran penting bahwa popularitas hanyalah pintu awal. Untuk bertahan, diperlukan manajemen bisnis yang kuat, inovatif, dan mampu membaca arah pasar secara jitu—baik dalam bisnis makanan cepat saji, teknologi, maupun judi bola, yang dinamis dan penuh kejutan.
Menarik sekali melihat bagaimana beberapa franchise yang pernah viral di Indonesia kini mulai kehilangan pamornya. Konsep unik seperti Karen’s Diner yang menawarkan pelayanan “jutek” memang sempat menarik perhatian, tapi apakah itu benar-benar bisa bertahan dalam jangka panjang? 7-Eleven juga dulu jadi tempat nongkrong favorit, tapi sepertinya tren itu mulai memudar. Lotteria dan Fish & Co juga punya cerita seru, tapi sayangnya Fish & Co harus menutup gerainya. Warunk Upnormal masih bertahan, tapi apakah mereka bisa mempertahankan popularitasnya? Menurutmu, apa yang sebenarnya membuat sebuah franchise bisa bertahan lama di Indonesia?
Kami telah mengintegrasikan libersave ke dalam sistem voucher regional kami. Sangat menyenangkan melihat bagaimana berbagai penyedia dapat disatukan dengan mudah dalam satu platform.
82281w
vd8if5
It’s very easy too fid outt aany mmatter on weeb as
compared to books, ass I found thiss piece off writig at this site.
If you arre goiing for most excellent ontents lke I do, only
visiit his website daily becase iit presents qualityy contents, thanks