AS Kritik Sistem Pembayaran Lokal Negara Asia

Amerika Serikat kembali melayangkan protes terhadap sejumlah negara mitra dagangnya terkait pembatasan dalam sektor transaksi elektronik. Dalam laporan tahunan yang dirilis Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) pada Maret 2025, AS menyoroti kebijakan sejumlah negara yang dianggap menghalangi perusahaan teknologi dan layanan keuangan asal Amerika. Bahkan, situasi ini dinilai menciptakan ketidaksetaraan dalam persaingan global—kondisi yang tak jauh beda dengan bagaimana ketimpangan bisa mempengaruhi peluang menang dalam dunia judi bola online.

Indonesia Ditegur karena Kebijakan Gerbang Pembayaran Nasional

Baca juga : Sinopsis Drama Korea It’s Beautiful Now

Salah satu fokus protes AS tertuju kepada Indonesia. Melalui Peraturan Bank Indonesia No. 19/8/2017 tentang Gerbang Pembayaran Nasional (GPN), pemerintah mewajibkan seluruh transaksi ritel domestik menggunakan sistem switching lokal. Selain itu, kepemilikan asing dalam perusahaan switching dibatasi maksimal hanya 20 persen.

Menurut laporan tersebut, kebijakan ini membatasi akses perusahaan asing dalam memproses transaksi di Indonesia dan secara otomatis menutup peluang layanan pembayaran lintas batas, termasuk kartu debit dan kredit dari luar negeri. Dalam konteks global, hal seperti ini dianggap menghambat aliran transaksi bebas—hal yang dalam dunia judi bola bisa disamakan dengan pembatasan akses pemain terhadap platform internasional.

China: Persoalan Lama yang Belum Tuntas

AS juga mengkritik China atas kegagalannya menangani sengketa perdagangan internasional, terutama di sektor layanan pembayaran elektronik. Walaupun Perjanjian Tahap Satu telah disepakati untuk membuka lebih banyak akses bagi perusahaan asing, hambatan tetap ada.

AS menilai, pembatasan terhadap aliran data lintas batas dan persyaratan lokalisasi data di China menjadi penghalang utama. Bahkan sejak sengketa di WTO dimulai tahun 2010, proses perizinan untuk penyedia layanan pembayaran asing seperti perusahaan kartu kredit asal AS baru benar-benar terbuka pada 2017. Seperti halnya pemain judi bola yang butuh akses cepat ke informasi dan sistem, keterbatasan ini menjadi penghambat besar dalam ekosistem keuangan digital.

India: Penyimpanan Data Lokal Menghambat Inovasi

Bank Sentral India (RBI) sejak 2018 mengharuskan semua data pembayaran elektronik warga India disimpan secara lokal. AS menyayangkan kebijakan ini karena dianggap membatasi inovasi dan deteksi penipuan oleh perusahaan asing.

Seperti pada industri judi bola, keamanan data dan efisiensi sistem menjadi aspek vital. Ketika data harus disimpan secara lokal dan tidak bisa diakses global, potensi risiko keamanan serta penurunan performa layanan meningkat.

Meksiko: Proses Perizinan yang Rumit

Komisi Persaingan Ekonomi Federal Meksiko menemukan hambatan besar dalam persaingan pasar layanan pembayaran. AS terus mendorong Meksiko untuk membuka akses lebih luas terhadap perusahaan asing. Sayangnya, birokrasi yang panjang dan regulasi yang tidak transparan menjadi penghalang utama.

Situasi ini mirip seperti saat pemain judi bola kesulitan mendaftar di platform tertentu karena proses verifikasi yang terlalu berbelit.

Thailand dan Vietnam: Proteksionisme yang Kental

Thailand memberlakukan batasan ketat terhadap lisensi bank asing dan mewajibkan transaksi domestik diproses secara lokal. Meski pada 2024 tiga startup bank virtual mendapatkan lisensi, kepemilikan asing tetap dibatasi hingga 49 persen.

Di Vietnam, sistem pembayaran nasional (NAPAS) menguasai hampir seluruh transaksi domestik. Sejak 2021, pemerintah mewajibkan transaksi offline diproses melalui sistem ini. Artinya, perusahaan asing nyaris tidak punya ruang beroperasi di sektor ini.

Ini seperti jika hanya satu operator judi bola diizinkan di satu negara—monopoli semacam ini menghilangkan pilihan dan inovasi bagi konsumen.


Penutup

Ketegangan dagang terkait layanan transaksi elektronik semakin memperlihatkan bagaimana kebijakan lokal bisa berdampak global. Amerika Serikat mendorong keterbukaan akses, transparansi, dan kompetisi yang sehat. Dalam konteks ini, kita bisa melihat bahwa prinsip yang sama berlaku dalam banyak sektor, termasuk dunia judi bola—di mana akses yang adil dan kompetisi yang terbuka menjadi kunci untuk sistem yang sehat dan terpercaya.

One thought on “AS Kritik Sistem Pembayaran Lokal Negara Asia

  1. You aare sso cool! I do nnot suppoze I’ve trully reead turough a single
    tjing like thatt before. So wonderfujl to discover somebody with a feew
    uniquee thoughts on this subject. Really.. thank you
    for starting this up. This webdite is sommething that iss required oon tthe internet, someone with a littrle originality!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *