Candi Muaro Jambi saingan Angkor Wat

Kompleks percandian Muaro Jambi di Provinsi Jambi, Indonesia, adalah salah satu situs budaya bercorak Hindu-Buddha terbesar dan termegah se-Asia Tenggara. Dengan luas wilayah mencapai 3.981 hektare, situs ini memiliki potensi besar untuk menjadi warisan budaya dunia yang menyaingi kemegahan Angkor Wat di Kamboja.

Di tengah masyarakat modern yang kini akrab dengan budaya instan dan hiburan cepat seperti judi bola online, Candi Muaro Jambi berdiri sebagai pengingat akan kejayaan peradaban Nusantara dan pentingnya pelestarian sejarah.

Baca juga : Sejarah Candi Borobudur

Revitalisasi Menuju Warisan Dunia

Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi saat ini tengah dalam tahap pemugaran dan revitalisasi besar-besaran. Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, dalam lima tahun ke depan, kawasan ini bisa lebih hebat dari Angkor Wat jika dikelola dengan tepat.

“Dalam lima tahun ke depan KCBN Muaro Jambi bisa lebih hebat dari Angkor Wat. Potensinya sudah jelas, tinggal bagaimana para pemangku kepentingan bekerja maksimal,” kata Hilmar, dikutip dari Liputan6.com.

Pernyataan ini tentu menjadi semangat baru di tengah tantangan zaman, di mana masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu pada aktivitas digital seperti scrolling media sosial atau bermain judi bola daring. Situs bersejarah seperti Muaro Jambi menunjukkan bahwa Indonesia punya warisan budaya yang tak kalah hebat dari negara lain.

Terletak di Pinggiran Sungai Batanghari

Muaro Jambi berada di Kecamatan Maro Sebo, tepat di pinggiran Sungai Batanghari, sungai terpanjang di Pulau Sumatra. Lokasinya yang strategis di sepanjang jalur peradaban kuno membuatnya menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Buddha di masa lampau.

Dalam catatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kawasan ini mencakup peninggalan purbakala seperti kompleks candi, sistem irigasi kuno, dan pemukiman masyarakat zaman dahulu. Wilayah ini mencakup delapan desa, menjadikannya salah satu situs arkeologi terluas di Asia Tenggara.

Ditemukan oleh Perwira Inggris

Sejarah mencatat bahwa Candi Muaro Jambi pertama kali dilaporkan oleh perwira Angkatan Laut Inggris, S.C. Crooke, pada tahun 1820. Ia menemukan reruntuhan bangunan dan arca Buddha di kawasan tersebut. Penemuan ini kemudian diperkuat oleh berbagai peneliti, termasuk T. Adam dan F.M. Schnitger, yang mendokumentasikan sejumlah nama candi seperti Gumpung, Tinggi, Gedong, dan Bukit Perak.

Meskipun kini dunia banyak berbicara tentang digitalisasi, NFT, atau bahkan platform judi bola yang menjanjikan keuntungan instan, keberadaan catatan-catatan sejarah ini memperlihatkan bahwa dunia analog masa lampau menyimpan jejak kejayaan yang jauh lebih bernilai.

Pusat Pendidikan Agama Buddha Abad ke-7 hingga ke-13

Tak banyak yang tahu bahwa Muaro Jambi dulu merupakan pusat pendidikan agama Buddha terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga ke-13. Ribuan biksu dari India, Tibet, Tiongkok, hingga Sri Lanka datang ke tempat ini untuk belajar sebelum melanjutkan perjalanan ke Nalanda, India.

Tokoh besar seperti Atisa Dipamkara Shrijnana, maha guru Buddhis asal India, pernah belajar di Muaro Jambi selama 12 tahun. Ia menjadi murid dari Serlingpa Dharmakirti, atau dikenal juga sebagai Guru Swarnadwipa. Atisa kemudian berperan penting dalam kebangkitan agama Buddha di Tibet.

Ini menunjukkan bahwa jauh sebelum internet dan tren judi bola online mendominasi, Indonesia telah menjadi pusat ilmu, spiritualitas, dan lintas budaya dunia.

Belum Terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO

Meski telah didaftarkan ke UNESCO sejak 2009, hingga kini kawasan Muaro Jambi belum mendapat pengakuan resmi sebagai warisan dunia. Salah satu hambatan utama adalah kehadiran stockpile batu bara di dalam kawasan candi, yang dinilai merusak nilai sejarah dan keaslian situs.

Aktivis budaya, Mukhtar Hadi, menegaskan bahwa jika masalah ini tidak segera ditangani, peluang Muaro Jambi untuk diakui sebagai World Heritage bisa sirna. Dalam hal ini, pemerintah perlu bertindak cepat, sebagaimana masyarakat kini cepat dalam mengikuti tren, baik itu di bidang teknologi, e-sport, maupun judi bola yang terus berkembang.


Penutup: Muaro Jambi, Warisan Masa Lalu untuk Generasi Mendatang

Candi Muaro Jambi adalah saksi bisu masa keemasan peradaban Nusantara. Situs ini bukan hanya tempat ibadah atau pengajaran agama Buddha, tetapi juga simbol kekayaan budaya dan kebesaran spiritual masyarakat masa lampau.

Di tengah era modern yang penuh godaan digital dan hiburan seperti judi bola, Muaro Jambi mengingatkan kita bahwa nilai-nilai luhur dan sejarah bangsa harus terus dijaga. Ia adalah aset nasional, bahkan global, yang layak mendapat tempat terhormat di panggung dunia.

One thought on “Candi Muaro Jambi saingan Angkor Wat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *