Di tengah kondisi ekonomi yang menantang, tren pemakaian paylater di masyarakat terus meningkat. Himpitan kebutuhan mendesak dan minimnya akses ke pembiayaan konvensional membuat banyak orang memilih paylater sebagai solusi instan untuk memperoleh dana segar.
Paylater sejatinya bukanlah produk yang buruk. Sebaliknya, ini menjadi alternatif baru—terutama bagi generasi muda—yang membutuhkan akses cepat ke pinjaman tanpa prosedur rumit seperti di perbankan. Dengan hanya bermodalkan data diri dan swafoto bersama KTP, pengguna sudah bisa menikmati limit pinjaman yang disediakan oleh berbagai platform digital.
Baca juga : Perbedaan Kartu Kredit dan Paylater
Namun, kemudahan ini juga membawa risiko besar. Tak sedikit masyarakat yang akhirnya terjebak dalam siklus utang, kesulitan membayar cicilan dan bunga, serta harus menghadapi denda akibat keterlambatan pembayaran.
Tips Bijak Gunakan Paylater
Agar tidak terjerumus, berikut beberapa tips bijak dalam menggunakan layanan paylater:
1. Pahami Skema Pembayaran dan Bunga
Setiap penyedia paylater memiliki skema dan bunga yang berbeda. Sebagian menetapkan bunga 1,5% per bulan dengan tambahan biaya transaksi. Jangan lupa juga memperhatikan tanggal jatuh tempo dan denda jika telat bayar. Tren pemakaian paylater yang naik cepat sering kali tidak diimbangi dengan pemahaman mendalam dari pengguna tentang beban biaya yang sebenarnya.
2. Hitung Paylater sebagai Utang
Walaupun mudah diakses, paylater tetap merupakan bentuk utang. Masukkan penggunaannya dalam perhitungan rasio utang bulanan. Idealnya, total cicilan (termasuk paylater) tidak melebihi 30% dari pendapatan bulanan. Jika gaji Anda Rp10 juta, maka total cicilan sebaiknya tidak lebih dari Rp3 juta.
3. Jangan Tunda Pembayaran
Menunda pembayaran hanya akan menambah beban bunga. Beberapa platform mengenakan bunga harian yang cukup tinggi, sehingga keterlambatan akan cepat menggelembungkan jumlah tagihan. Bayar cicilan tepat waktu untuk menghindari efek bola salju.
4. Gunakan Hanya untuk Kebutuhan Prioritas
Paylater bukan alat untuk memuaskan keinginan konsumtif, apalagi untuk hal-hal seperti gadget, fesyen, atau bahkan judi bola online—yang kini diam-diam menjadi alasan sebagian orang berutang. Gunakan paylater hanya dalam keadaan mendesak, seperti kebutuhan medis atau darurat rumah tangga. Bila tidak, Anda hanya menunda masalah yang lebih besar.
Data Pengguna Paylater di Indonesia
Menurut OJK, tren pemakaian paylater tumbuh pesat. Hingga Agustus 2024, baki debet kredit BNPL (Buy Now Pay Later) tumbuh 40,68% year on year menjadi Rp18,38 triliun. Jumlah rekening pengguna paylater pun meningkat menjadi 18,95 juta, naik dari 17,90 juta pada bulan sebelumnya.
Meski pertumbuhan tinggi, risiko kredit paylater mulai menunjukkan perbaikan, dengan tingkat risiko turun ke 2,21%. Ini menunjukkan upaya penyedia layanan dan regulator dalam mengedukasi konsumen mulai menunjukkan hasil, meski tantangan seperti penggunaan paylater untuk konsumsi tidak produktif—bahkan spekulatif seperti judi bola—masih menjadi perhatian serius.
Penutup
Paylater bisa menjadi penyelamat dalam kondisi darurat, tapi bisa juga menjadi jebakan keuangan jika disalahgunakan. Tren pemakaian paylater di masyarakat terus meningkat, dan ini harus dibarengi dengan peningkatan literasi keuangan serta pengendalian diri. Jangan sampai fasilitas yang memudahkan justru menjadi awal dari masalah finansial jangka panjang.