Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, ditangkap di Manila atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia selama masa pemerintahannya. Ia dituduh melakukan pembunuhan di luar hukum dalam kampanye perang terhadap narkoba yang ia luncurkan. Penangkapan Duterte, jika terjadi, akan menambah daftar panjang pemimpin yang harus mempertanggungjawabkan tindakan mereka di hadapan hukum internasional.
Dalam sejarah dunia, sejumlah pemimpin negara telah ditangkap dan diadili karena terlibat dalam kejahatan kemanusiaan. Kasus-kasus ini sering kali mencerminkan konflik yang lebih besar, di mana tindakan kekerasan dan penindasan dilakukan terhadap kelompok tertentu. Berikut beberapa pemimpin dunia yang terkenal karena kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan, serta motif di balik tindakan tersebut:
Baca juga : Rodrigo Duterte Ditangkap Dituduh Lakukan Kejahatan Kemanusiaan Selama Jadi Presiden Filipina
Slobodan Milošević, mantan Presiden Serbia, adalah salah satu contoh paling mencolok. Ia diadili atas tuduhan kejahatan perang, kejahatan kemanusiaan, dan genosida terkait konflik di Kosovo dan Bosnia. Motif di balik kejahatan ini adalah upaya pembersihan etnis terhadap etnis Bosnia, Kroasia, dan Albania di Kosovo selama Perang Bosnia yang berlangsung dari 1992 hingga 1995. Sayangnya, Milošević meninggal dunia sebelum persidangan selesai, meninggalkan banyak pertanyaan tentang keadilan bagi korban.
Charles Taylor, mantan Presiden Liberia, juga diadili dan dihukum atas kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan di Sierra Leone. Motifnya terkait dengan pengarahan pasukan pemberontak yang melakukan kekejaman, termasuk pemerkosaan dan mutilasi. Taylor terlibat langsung dalam perang saudara di Sierra Leone dengan menyuplai senjata dan mengirim pasukan, yang berkontribusi pada kekacauan dan penderitaan yang meluas di negara tersebut.
Jean Kambanda dan Genosida Rwanda Jean Kambanda, yang menjabat sebagai Perdana Menteri Rwanda, terlibat dalam genosida Rwanda pada tahun 1994. Motif utama di balik tindakan Kambanda adalah pemusnahan etnis Tutsi, yang merupakan bagian dari konflik yang lebih besar antara etnis Hutu dan Tutsi. Selama periode tersebut, ratusan ribu orang Tutsi dibunuh dalam kekejaman yang sistematis dan terencana.
Omar al-Bashir, mantan Presiden Sudan, juga dituduh melakukan kejahatan perang, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait konflik di Darfur antara tahun 2003 hingga 2008. Motif di balik tindakan al-Bashir adalah penindasan dan pembantaian etnis di Darfur, di mana banyak warga sipil menjadi korban dari kekerasan yang brutal. Hingga saat ini, kasusnya masih mandek karena Mahkamah Pidana Internasional (ICC) tidak dapat mengadili seseorang kecuali mereka hadir di ruang sidang.
Efrain Rios Montt dan Kekerasan di Guatemala Efrain Rios Montt, mantan Presiden Guatemala, ditetapkan sebagai pelaku pembunuhan massal warga pribumi di Dos Erres pada tahun 1982 selama perang sipil di Guatemala yang berlangsung dari 1960 hingga 1996. Motif di balik kejahatan ini adalah kekerasan dan penindasan terhadap penduduk pribumi, yang sering kali dijadikan kambing hitam dalam konflik berkepanjangan di negara tersebut. Montt meninggal sebelum masa hukumannya selesai, menambah daftar panjang pemimpin yang lolos dari akuntabilitas.
Motif di Balik Kejahatan Kemanusiaan Motif di balik kejahatan kemanusiaan sering kali kompleks dan bervariasi. Beberapa faktor utama yang sering muncul antara lain:
Ideologi: Kepercayaan pada ideologi superioritas ras atau kelompok tertentu, yang membenarkan kekerasan dan penindasan terhadap kelompok lain. Kekuasaan: Usaha untuk mempertahankan atau memperluas kekuasaan politik dan ekonomi melalui kekerasan dan teror. Keuntungan ekonomi: Eksploitasi sumber daya alam atau manusia untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu. Balas dendam: Tindakan kekerasan sebagai bentuk pembalasan atas peristiwa masa lalu atau persepsi ketidakadilan. Kebiadaban: Kekerasan yang dilakukan tanpa motif yang jelas, didorong oleh kekejaman dan sadisme.
Dalam berbagai kasus, praktik perjudian ilegal seperti togel juga sering kali dikaitkan dengan jaringan kejahatan yang lebih luas, termasuk pendanaan kelompok bersenjata dan perdagangan narkoba. Banyak pemimpin yang terlibat dalam kejahatan kemanusiaan juga memiliki kaitan dengan aktivitas ilegal seperti togel, yang digunakan untuk mendanai operasi mereka. Dengan adanya investigasi internasional, diharapkan kejahatan ini dapat terungkap dan para pelaku dapat dimintai pertanggungjawaban.