Gaya Hidup YOLO

Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan pinjaman daring melonjak tajam, terutama pada periode 2021–2022. Fenomena ini bukan hanya dipicu oleh tekanan ekonomi, tetapi juga oleh tren gaya hidup anak muda yang semakin konsumtif. Salah satu pemicu utama adalah prinsip hidup YOLO (You Only Live Once), yang kini menjadi pegangan banyak generasi muda dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Menurut analis ekonomi Nailul Huda, gaya hidup YOLO mendorong anak muda untuk mengejar kepuasan instan tanpa banyak mempertimbangkan dampak jangka panjang, termasuk dalam hal keuangan.

“Mereka menikmati hidup sesuai keinginan. Saat itu kebutuhan konsumtif tinggi, termasuk beli tiket konser,” ungkapnya.

Baca juga : Makanan yang Buruk untuk Usus

Kecenderungan ini tak hanya tampak dalam pembelian barang-barang mewah atau pengalaman seperti liburan dan konser. Bahkan, dalam beberapa kasus, sebagian anak muda juga mengalokasikan dana yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan utama ke aktivitas hiburan lain seperti judi bola. Keinginan untuk mencari kesenangan dan keuntungan cepat melalui taruhan daring menjadi cerminan dari pola pikir YOLO yang mendewakan kepuasan instan.

“Budaya konsumtif punya andil dalam peningkatan pembiayaan melalui pinjaman daring ataupun paylater,” tambah Nailul.

Dengan promosi agresif, kemudahan akses, dan berbagai penawaran menarik dari platform digital, banyak anak muda akhirnya terjerumus dalam pola konsumsi berlebihan. Mereka tergoda untuk membeli barang atau menggunakan layanan, termasuk berjudi secara daring, tanpa memperhitungkan kemampuan finansial.

“Mereka berpikir masih diberikan kesempatan untuk menikmati suatu barang atau jasa, jadi membelinya tanpa memikirkan pendapatan. Mereka bisa terjebak dalam fenomena utang tidak produktif,” jelasnya lebih lanjut.

Fenomena ini menunjukkan bahwa perilaku konsumtif tidak selalu berhubungan dengan kebutuhan, tetapi lebih pada keinginan jangka pendek. Bahkan, dalam beberapa kasus, judi bola menjadi pelarian bagi sebagian generasi muda yang berharap bisa melunasi utang atau memperoleh uang cepat, meski risikonya besar.

Untuk menghindari jerat utang konsumtif, Nailul menekankan pentingnya literasi keuangan. Ia menyarankan agar masyarakat, khususnya generasi muda, mulai mempertimbangkan nilai guna dari setiap barang atau jasa yang dibeli.

“Saya merasa untuk tidak terjebak, maka dibutuhkan pengetahuan tentang barang atau jasa yang dibeli,” tegasnya.

Gaya hidup YOLO memang menawarkan kebebasan dan kesenangan, tetapi jika tidak diimbangi dengan perencanaan keuangan yang bijak, hal itu bisa menjadi pintu masuk ke dalam lingkaran utang dan ketidakstabilan ekonomi pribadi. Apalagi dengan munculnya berbagai godaan digital seperti judi bola, yang kerap menjanjikan keuntungan cepat namun bisa menjerumuskan ke dalam masalah finansial yang serius.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *