Indonesia Jadi Lahan Bisnis Narkoba

Jakarta city at night with modern building

Dunia hiburan tanah air kembali dihebohkan dengan kasus narkotika. Kali ini, aktor Fachri Albar harus berurusan dengan pihak berwajib setelah kedapatan menyimpan dan menggunakan narkoba di kediamannya di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Saat konferensi pers, Fachri mengenakan kemeja hijau bertuliskan “tahanan narkoba” dan memberikan tatapan tajam ketika polisi membeberkan kronologi penangkapannya.

Baca juga : Tips Pembayaran Kredit Mobil

Dalam penjelasan aparat, Fachri mengakui bahwa ia memperoleh barang haram tersebut dari hasil jerih payahnya. “Tak ada uang, tak ada barang,” ucap Fachri. Sayangnya, bukan kali pertama ia tersandung kasus serupa—ini adalah ketiga kalinya ia terjerumus ke lubang yang sama. Kasus ini pun menambah panjang daftar pelaku penyalahgunaan narkotika di Indonesia sepanjang tahun 2025.

Sindikat Narkoba Internasional dan Kaitan dengan Segitiga Emas

Fenomena peredaran narkoba di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari jaringan internasional. Salah satu wilayah yang paling sering disebut adalah Segitiga Emas (Golden Triangle), yang menjadi pusat produksi opium terbesar di dunia. Kawasan yang mencakup perbatasan Thailand, Laos, dan Myanmar ini dikenal sebagai ladang subur bagi bisnis narkotika global.

Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2024, terdapat 618 kasus dengan 974 tersangka. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, bahkan mencapai puncaknya di tahun 2023 dengan 924 kasus yang melibatkan 37 jaringan sindikat narkotika—15 di antaranya nasional dan 22 jaringan internasional.

Bukan hanya masyarakat biasa yang terlibat, melainkan juga sejumlah pejabat dan oknum berpengaruh yang diduga memanfaatkan celah hukum. Salah satu nama besar yang disebut adalah Fredy Pratama, gembong narkoba paling dicari yang diduga kini bersembunyi di hutan Thailand.

Permintaan Tinggi Jadi Peluang Bisnis Gelap

Permintaan yang tinggi di kalangan masyarakat membuat Indonesia menjadi pasar potensial bagi para bandar narkoba. “Salah satu alasan utama mengapa bisnis narkotika sulit dihapus adalah karena melibatkan pelaku oknum masyarakat Indonesia, baik yang berada di dalam maupun luar negeri,” ungkap Kabag Humas BNN, Sulistyo Pudjo.

Menariknya, dalam beberapa kasus, pendanaan aktivitas ilegal seperti pembelian narkotika bahkan dikaitkan dengan sumber-sumber pendapatan gelap, termasuk praktik judi bola online ilegal. Aktivitas ini tidak hanya menjadi candu bagi masyarakat, tetapi juga menjadi lahan subur perputaran uang yang digunakan untuk membiayai kegiatan kriminal lainnya, termasuk narkotika.

Kolaborasi Antarnegara Jadi Solusi

Melihat skala jaringan yang luas, pemberantasan narkoba jelas tidak bisa hanya mengandalkan aparat penegak hukum dalam negeri. Kerja sama antarnegara, terutama dengan kawasan Segitiga Emas, sangat penting untuk menghentikan aliran barang haram tersebut ke Indonesia. Di sisi lain, penanganan juga perlu menyasar pada pencegahan melalui edukasi dan penguatan ekonomi masyarakat, agar mereka tidak terjebak dalam lingkaran setan ini.

One thought on “Indonesia Jadi Lahan Bisnis Narkoba

  1. The website design looks great—clean, user-friendly, and visually appealing! It definitely has the potential to attract more visitors. Maybe adding even more engaging content (like interactive posts, videos, or expert insights) could take it to the next level. Keep up the good work!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *