kapan imlek pertama kali di lakukan

Perayaan Imlek, atau Tahun Baru Tiongkok, memiliki sejarah yang kaya dan mendalam, jauh melampaui usia kalender Masehi yang kita gunakan sehari-hari. Kalender Tiongkok, yang dikenal sebagai kalender lunar, telah menjadi bagian integral dari budaya Tiongkok selama ribuan tahun. Tidak hanya berfungsi untuk menentukan tanggal-tanggal penting seperti festival tradisional, tetapi juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk perencanaan pertanian, upacara adat, dan astrologi. Salah satu perayaan paling menonjol yang menggunakan kalender ini adalah Tahun Baru Imlek. Namun, kapan sebenarnya penanggalan ini mulai dibuat, dan kapan perayaan Imlek pertama kali dilakukan?

Asal Usul Penanggalan Tiongkok

Baca juga : mengapa sulit mencapai kekayaan finansial

Penanggalan Tiongkok memiliki sejarah panjang yang diyakini sudah ada sejak masa Dinasti Xia (sekitar 2070–1600 SM), salah satu dinasti tertua dalam sejarah Tiongkok. Sistem kalender ini berkembang berdasarkan pengamatan pergerakan bulan dan matahari. Karena itu, kalender ini dikenal sebagai kalender lunisolar, yang berarti menggabungkan siklus bulan dengan siklus matahari.

Kalender Tiongkok dirancang untuk menyesuaikan siklus pertanian, mengingat masyarakat Tiongkok kuno sangat bergantung pada aktivitas bercocok tanam. Dalam kalender ini, setiap tahun terdiri dari 12 bulan, dengan tambahan bulan ke-13 setiap beberapa tahun untuk menyelaraskan dengan musim. Setiap bulan baru dimulai ketika bulan baru (new moon) muncul, dan setiap tahun memiliki lambang hewan dari zodiak Tiongkok, yang terdiri dari 12 hewan seperti tikus, naga, dan harimau.

Penanggalan Tiongkok terus mengalami penyempurnaan, terutama pada masa Dinasti Han (206 SM–220 M). Pada masa itu, kalender yang digunakan lebih terstandarisasi dan mulai digunakan secara luas oleh masyarakat. Hingga kini, kalender ini masih digunakan dalam menentukan tanggal-tanggal tradisional seperti Imlek, Festival Musim Gugur, dan Festival Lampion.

Sejarah Perayaan Tahun Baru Imlek

Perayaan Tahun Baru Imlek, yang dikenal juga sebagai Chunjie (Festival Musim Semi), memiliki akar budaya yang sangat kuat. Tradisi ini diyakini telah dimulai lebih dari 3.500 tahun lalu, pada masa Dinasti Shang (1600–1046 SM). Awalnya, perayaan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan dewa-dewa, serta untuk memohon hasil panen yang melimpah di tahun mendatang.

Legenda terkenal yang sering dikaitkan dengan perayaan Imlek adalah kisah makhluk mitologi bernama Nian. Nian digambarkan sebagai binatang buas yang suka menyerang desa-desa dan memakan hasil panen, ternak, bahkan manusia. Untuk mengusir Nian, masyarakat menyalakan petasan, menggantungkan kain berwarna merah, dan menyalakan lentera. Tradisi ini menjadi awal dari kebiasaan yang masih dijalankan hingga sekarang, seperti penggunaan warna merah dan petasan dalam perayaan Imlek.

Seiring waktu, perayaan Imlek tidak hanya menjadi ritual keagamaan tetapi juga ajang untuk berkumpul dengan keluarga. Pada masa Dinasti Han, perayaan ini semakin populer dengan ditetapkannya berbagai tradisi seperti makan malam bersama pada malam Tahun Baru dan pemberian angpao kepada anak-anak sebagai simbol keberuntungan.

Perayaan Imlek Pertama Kali

Meski sulit menentukan kapan tepatnya perayaan Imlek pertama kali dilakukan dalam skala besar, bukti arkeologi dan catatan sejarah menunjukkan bahwa tradisi ini sudah berkembang pesat pada masa Dinasti Zhou (1046–256 SM). Pada masa ini, perayaan dilakukan dengan upacara besar di istana kerajaan, di mana kaisar memimpin ritual penghormatan kepada langit, bumi, dan leluhur. Perayaan ini kemudian menyebar ke masyarakat umum dan diadopsi dalam kehidupan sehari-hari.

Pada masa Dinasti Tang (618–907 M), Imlek semakin berkembang menjadi festival budaya yang meriah. Perayaan ini melibatkan tarian naga, pertunjukan seni, dan berbagai hidangan khas yang melambangkan keberuntungan dan kesejahteraan. Tradisi yang berkembang pada masa ini menjadi dasar bagi perayaan Imlek modern yang kita kenal sekarang.

Sistem Shio dalam Penanggalan Tiongkok

Pada 2025, penanggalan Tiongkok akan memasuki Tahun Ular Kayu (Wood Snake) menurut sistem shio dan unsur. Sistem ini tidak hanya mencatat tahun berdasarkan angka, tetapi juga memberikan makna filosofis yang mendalam melalui dua elemen utama: shio (zodiak Tiongkok) dan unsur alam (elemen). Kombinasi ini menciptakan siklus unik yang menjadi pedoman bagi banyak aspek kehidupan, seperti keberuntungan, karakter, dan hubungan manusia dengan alam.

Sistem shio menggunakan siklus 12 hewan zodiak, yaitu tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi. Setiap hewan dalam siklus ini memiliki sifat tertentu yang dianggap memengaruhi karakteristik tahun tersebut dan orang yang lahir di dalamnya.

Sebagai contoh, ular, yang merupakan shio untuk tahun 2025, melambangkan kecerdasan, ketenangan, dan kebijaksanaan. Orang yang lahir di tahun ini dipercaya memiliki kemampuan analitis yang kuat dan cenderung introspektif.

Siklus hewan ini memiliki legenda menarik di baliknya. Menurut cerita rakyat, Kaisar Langit mengadakan perlombaan untuk menentukan urutan shio. Dua belas hewan pertama yang berhasil menyeberangi sungai dipilih untuk menjadi lambang kalender Tiongkok, masing-masing diberi tahun sesuai urutan kedatangan mereka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *