Argentina di Ujung Jurang Krisis: Inflasi Melonjak, Uang Tunai Menipis
Bayangkan sebuah negara yang tak hanya dihantui inflasi tinggi, tapi juga pernah benar-benar kehabisan uang tunai. Kedengarannya seperti kisah dari masa lalu atau negara yang sedang berperang, bukan? Namun, ini adalah kenyataan yang dialami Argentina.
Tahun 2020 menjadi salah satu titik terendah dalam sejarah ekonomi Argentina. Negara ini menghadapi situasi yang begitu buruk hingga kas negara benar-benar kosong. Kini, dengan inflasi yang nyaris menyentuh tiga digit, ancaman hiperinflasi semakin mengintai. Bagi rakyat Argentina, ini bukan sekadar teori ekonomi, melainkan dampak nyata yang menghantui kehidupan sehari-hari mereka.
Baca juga : tips mengenal inner beauty
Kebijakan yang Gagal dan Ancaman Krisis Tak Terkendali
Ketika sebuah negara dikelola dengan baik, stabilitas ekonomi menjadi jaminan bagi kesejahteraan rakyatnya. Namun, jika kebijakan ekonomi yang diambil tidak tepat, dampaknya bisa berantai—mulai dari melonjaknya harga kebutuhan pokok, menurunnya daya beli masyarakat, hingga meningkatnya ketidakpastian.
Para ekonom memperingatkan bahwa Argentina hanya membutuhkan satu atau dua langkah kebijakan yang salah sebelum krisis ini benar-benar tak terkendali. Bank sentral berusaha mati-matian mempertahankan nilai Peso dengan menjual dolar dan membeli mata uang lokal. Setiap harinya, sekitar USD 60 juta dihabiskan demi menstabilkan peso. Sayangnya, cadangan devisa yang seharusnya menjadi benteng terakhir perlindungan ekonomi kini hampir habis.
Misteri Cadangan Devisa yang Tersisa
Tak ada yang benar-benar tahu berapa jumlah pasti cadangan devisa yang masih dimiliki negara ini. Laporan dari berbagai sumber menyebutkan bahwa pemerintah telah menghabiskan hampir semua dana yang mudah dicairkan dan kini terjebak dalam upaya putus asa untuk mengonversi aset yang kurang likuid menjadi uang tunai.
Ironisnya, transparansi bank sentral kian dipertanyakan. Alih-alih memberikan kejelasan, pihak berwenang memilih bungkam, membuat publik semakin resah. Sementara itu, harapan untuk mendapatkan bantuan finansial dari luar negeri pun semakin pudar.
IMF Enggan Turun Tangan, Investor Tak Tertarik
Investor global tampaknya sudah jera dengan rekam jejak Argentina yang kerap gagal bayar utang. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF), yang sebelumnya telah menggelontorkan sekitar USD 44 miliar, kini tampaknya enggan mengucurkan dana tambahan.
Akibatnya, peso terjun bebas. Di pasar paralel, nilai tukar mata uang Argentina jatuh ke angka 335 per dolar—sekitar 60 persen lebih rendah dibandingkan nilai tukar resminya. Jika tren ini terus berlanjut, harga barang kebutuhan pokok bisa melonjak hingga 30 persen, sementara harga bahan bakar bisa naik lebih drastis lagi.
Dampak Langsung bagi Rakyat Argentina
Bagi masyarakat Argentina, ini bukan sekadar statistik ekonomi. Lonjakan harga berarti semakin sulitnya membeli bahan makanan, membayar tagihan, dan mempertahankan standar hidup yang layak. Ketidakpastian ini menciptakan kecemasan yang nyata, memaksa banyak orang untuk mencari cara bertahan di tengah situasi yang semakin sulit.
Kini, Argentina berdiri di ujung jurang krisis yang berpotensi lebih buruk dari sebelumnya. Apakah negara ini mampu bertahan dan keluar dari badai ekonomi yang menghantam? Ataukah sejarah akan kembali mencatat babak baru dari krisis yang lebih dalam?