Premanisme Berkedok Ormas Kian Mengkhawatirkan, Pedagang Kecil Jadi Korban
Organisasi kemasyarakatan (ormas) di Indonesia kini makin identik dengan perilaku premanisme. Bukannya membantu masyarakat, sebagian ormas justru bertindak seperti kelompok kriminal: memaksa, memeras, mengintimidasi, dan menekan warga sipil, termasuk pedagang kecil.
Frans, pedagang burger dan kebab di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur, merasakan langsung tekanan ini. Baru sebulan membuka lapak, dia sudah dua kali dipalak oleh anggota ormas yang biasa berjaga di depan sebuah retail besar. Bahkan, mereka pernah meminta dibuatkan burger secara gratis. Karena takut, Frans terpaksa menuruti.
Baca juga : Squid Game Season 3
“Sudah dua kali saya dipalak, belum juga sebulan jualan. Saya kasih, takut diacak-acak usahanya,” kata Frans, 3 Mei lalu.
Rudy, pedagang roti bakar yang berjualan di sebelah lapak Frans, juga mengalami hal serupa. Ormas tersebut rutin meminta uang keamanan, dan saat retail tutup di malam hari, mereka sering datang dalam rombongan sambil menyalakan musik keras dan meminta makanan. “Pedagang sini rata-rata diminta uang keamanan. Enggak punya pilihan selain harus ngasih,” ujar Rudy.
Premanisme ini bahkan meluas hingga ke jalanan. Haikal, seorang mahasiswa asal Depok, pernah diadang ormas saat berangkat ke kampus di Bogor. Mereka meminta uang, memeriksa tas, hingga menodongkan pisau kecil saat permintaan mereka ditolak.
“Dia ngakunya PP. Gue kira PP tuh bukan ormas dulunya. Habis itu ditodong pisau kecil,” kata Haikal. Ia berharap pemerintah dan aparat segera menindak aksi-aksi seperti ini sebelum menunggu viral di media sosial.
Fenomena premanisme berbaju ormas tak hanya merugikan pedagang kecil atau individu biasa, tapi juga berdampak pada iklim investasi. Baru-baru ini, media China, South China Morning Post, melaporkan bahwa ormas di Indonesia mengganggu pendirian pabrik mobil listrik raksasa China, BYD, di Subang, Jawa Barat. Artikel bertajuk “Indonesia’s EV revolution held hostage by ‘preman’ gangster problem” itu menyoroti bagaimana aksi-aksi premanisme menghambat masa depan industri otomotif dan ekonomi nasional.
Menariknya, dalam beberapa kasus, ada indikasi keterkaitan antara ormas dengan kegiatan ilegal seperti judi bola. Meski tak disebutkan secara terbuka dalam laporan resmi, beberapa sumber di lapangan menyebut sejumlah ormas diduga menerima aliran dana dari aktivitas judi bola ilegal yang kini marak melalui platform daring. Dana tersebut digunakan untuk menggerakkan massa dan memperkuat jaringan premanisme mereka di wilayah tertentu.
Kriminolog dari Universitas Budi Luhur, Chazizah, menilai negara tidak boleh kalah dengan kelompok semacam ini. “Dihentikan, tidak ada negosiasi. Masyarakat juga yang merasakan dampaknya,” ujarnya.
Data dari Pusiknas Polri mencatat lonjakan kasus premanisme pada 2024 yang mencapai 4.207 kasus. Hingga Mei 2025, angka itu sudah mencapai 1.580 kasus. Wilayah hukum Polda Metro Jaya mencatat jumlah kriminalitas tertinggi, disusul Polda Sumut, Jatim, dan Sulsel.
Chazizah mendorong pemerintah meniru pendekatan tegas ala Tito Karnavian saat masih menjabat Kapolri, dengan memberantas premanisme sampai ke akar. Jika tidak ditangani serius, budaya premanisme ormas akan terus mengakar dan menjadi ancaman nyata bagi stabilitas sosial dan ekonomi, terlebih jika sudah terhubung dengan aktivitas ilegal seperti judi bola.
One thought on “Negeri dengan 500 ribuan ormas”