Warga Bekasi Tewas Penuh Luka di Kamboja

Seorang warga Indonesia asal Kabupaten Bekasi, Ikhwan Sahab (27), meninggal dunia secara tragis di Kamboja. Keluarga menduga kuat bahwa Ikhwan menjadi korban penyiksaan saat bekerja di luar negeri. Berdasarkan informasi dari pihak rumah sakit, tubuh korban ditemukan penuh luka, termasuk lebam di wajah, luka bakar di bokong, hingga pendarahan otak.

“Kondisinya sangat mengenaskan. Mukanya lebam, tangan dan kaki penuh luka, dan ada luka melepuh seperti bekas disetrum. Di kepala juga ada pendarahan,” ujar Subyantoro (23), adik korban, saat diwawancarai pada Kamis (17/4).

Baca juga : Hewan Purba yang Masih Hidup Sampai Sekarang

Korban diketahui mulai dirawat sejak 28 Maret 2025 di Kratie Provincial Hospital, Kamboja, setelah ditemukan tanpa busana di jalan oleh polisi setempat. Ia sempat koma selama dua hari sebelum kondisinya perlahan membaik. Keluarga sempat berkomunikasi dengan Ikhwan melalui video call, namun pengakuannya membuat keluarga syok.

Menurut Ikhwan, ia menjadi korban penyiksaan karena tidak mencapai target kerja yang telah ditentukan. Ia mengaku dipukuli, ditendang, dan disetrum secara brutal oleh bosnya yang disebut berasal dari Indonesia, tepatnya dari Manado. Penyiksaan tersebut disebut berlangsung selama dua hari berturut-turut.

“Dia bilang, karena enggak capai target omset, langsung disiksa. Disetrum terus, dipukuli, sampai akhirnya pingsan dan enggak ingat apa-apa,” tambah Subyantoro.

Terlibat di Perusahaan Judi Bola Berkedok Penipuan

Ikhwan diketahui berangkat ke Kamboja pada awal Februari 2024 setelah dijanjikan pekerjaan bergaji tinggi, sekitar Rp30 juta hingga Rp40 juta per bulan. Namun, sesampainya di sana, ia justru bekerja sebagai admin di perusahaan judi online, termasuk yang mengoperasikan situs-situs judi bola yang menyasar pasar Indonesia. Belakangan, perusahaan tersebut terungkap merupakan bagian dari jaringan penipuan lintas negara, yang menipu masyarakat melalui telepon dan tautan palsu.

“Awalnya dia kerja jadi admin judi online, ya termasuk judi bola juga, tapi lama-lama ketahuan itu perusahaan scam, nipu orang Indonesia,” ujar Subyantoro.

Setelah enam bulan bekerja, pihak keluarga tiba-tiba dihubungi oleh seseorang yang mengaku bos dari Ikhwan. Orang tersebut meminta uang tebusan sebesar Rp60 juta untuk pemulangan Ikhwan ke Indonesia. Permintaan itu membuat keluarga curiga dan menolak mengirimkan uang.

Dijual ke Perusahaan Lain, Komunikasi Terputus

Sejak awal 2025, komunikasi dengan Ikhwan mulai tidak teratur. Ia diduga dipindahkan ke tempat kerja lain tanpa sepengetahuan keluarga, kemungkinan dijual ke perusahaan lain yang juga beroperasi dalam jaringan penipuan dan judi bola ilegal. Kontak terakhir dengan keluarga terjadi lewat video call di sebuah lokasi bernama “Buffet di Venus”.

Pihak keluarga akhirnya memutuskan untuk memakamkan jenazah Ikhwan di Kamboja karena keterbatasan biaya pemulangan ke Indonesia. Proses repatriasi dinilai memakan waktu dan biaya yang sangat besar.

“Kami sepakat dimakamkan di sana saja. Kalau dipulangkan, bisa dua minggu prosesnya dan butuh biaya besar,” ucap Subyantoro.

Seruan Keluarga: Jangan Tergiur Gaji Besar, Apalagi di Perusahaan Judi Bola Ilegal

Subyantoro berharap pemerintah dapat menindak agen tenaga kerja ilegal yang mengirimkan WNI ke luar negeri tanpa prosedur resmi. Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak mudah tergiur dengan janji gaji besar, terutama dari perusahaan yang bergerak di bidang abu-abu seperti judi bola online dan aktivitas penipuan digital.

“Jangan tergiur dengan gaji besar, apalagi kalau kerjaannya enggak jelas, seperti judi bola atau judi online ilegal. Pastikan berangkat secara resmi dan dengan izin keluarga,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *