Benarkah anak muda indonesia frustasi

#KaburAjaDulu: Fenomena Anak Muda Indonesia yang Ingin Hidup di Luar Negeri

Tren Media Sosial yang Menggambarkan Keinginan Anak Muda

Tagar #KaburAjaDulu sedang ramai diperbincangkan di media sosial, mencerminkan keinginan banyak anak muda Indonesia untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Ungkapan ini lahir dari berbagai faktor, mulai dari sulitnya mendapatkan pekerjaan layak, ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi, hingga kekecewaan terhadap sistem politik dan hukum di tanah air.

Fenomena ini semakin terlihat ketika BBC News Indonesia mewawancarai tiga anak muda yang kini tinggal dan bekerja di luar negeri. Mereka berbagi kisah tentang perjalanan dan tantangan yang mereka hadapi setelah meninggalkan Indonesia.

Baca juga : Jadwal Cuti Bersama dan Libur Lebaran Idul Fitri 2025

Kisah Fajar Zakri: Mengejar Masa Depan di Amerika Serikat

Fajar Zakri, pria berusia 33 tahun asal Jakarta, telah merencanakan kepindahannya sejak 2021. Keputusannya untuk meninggalkan Indonesia bukan tanpa alasan. “Aku enggak melihat masa depan yang bermakna di negara ini. Aku tidak ingin mati sebagai orang Indonesia,” ungkapnya.

Fajar kini menetap di Amerika Serikat setelah mendapat kesempatan bekerja sebagai penulis musik di sebuah majalah daring. Namun, kepindahannya tidak berjalan mulus. Ia menghadapi berbagai tantangan, termasuk pengalaman rasisme. “Saya pernah menginap di sebuah Airbnb dan pemiliknya berkali-kali memanggil saya ‘orang China’, padahal saya bukan keturunan Tionghoa,” ceritanya.

Dini Adriani: Menemukan Peluang di Thailand

Dini Adriani, 28 tahun, telah tinggal di Thailand selama tiga tahun setelah mendapatkan beasiswa S2 di Chiang Mai. Kini, ia bekerja sebagai guru privat di sekolah internasional dengan gaji sekitar 21.000 Baht (Rp 10 juta), yang menurutnya lebih baik dibandingkan penghasilan di Indonesia.

Meski senang dengan kehidupan barunya, Dini khawatir dengan fenomena #KaburAjaDulu. “Saya takut banyak orang yang langsung pindah tanpa mempertimbangkan konsekuensinya dan malah berakhir sebagai buruh murah,” ujarnya.

Joseph Pradipta: Mimpi Menjadi Warga Korea Selatan

Joseph Pradipta, pemuda asal Semarang, telah tinggal di Korea Selatan sejak 2019. Ia merasa bahwa kariernya lebih berkembang di negeri ginseng dibandingkan di Indonesia. Kini, ia bekerja sebagai manajer pemasaran di perusahaan fintech dan bahkan bercita-cita menjadi warga negara Korea Selatan.

Menurut Joseph, tren #KaburAjaDulu adalah bentuk dukungan bagi mereka yang ingin mencari kehidupan lebih baik di luar negeri. “Saya mendukung, teman-teman untuk kabur aja dulu,” katanya.

Mengapa #KaburAjaDulu Begitu Populer?

Menurut Arie Sujito, sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, tren ini mencerminkan kebingungan anak muda terhadap masa depan di Indonesia. Kebijakan pemerintah yang sering berubah dan ketidakpastian ekonomi membuat banyak orang merasa ragu akan prospek jangka panjang di negeri sendiri.

Arie menambahkan bahwa meski tidak ada yang salah dengan mencari peluang di luar negeri, pemerintah harus segera memperhatikan keresahan ini. Jika tidak ada perubahan signifikan, bukan hanya kalangan kelas menengah yang akan meninggalkan Indonesia, tetapi juga mereka yang berada dalam posisi rentan.

Refleksi: Pergi atau Bertahan?

Fenomena #KaburAjaDulu memunculkan pertanyaan besar: apakah benar bahwa masa depan yang lebih cerah hanya bisa ditemukan di luar negeri? Jawabannya tentu bervariasi bagi setiap individu. Bagi sebagian orang, hijrah ke negeri lain mungkin menjadi langkah terbaik untuk meraih impian. Namun, bagi yang lain, membangun perubahan dari dalam negeri bisa menjadi pilihan yang lebih bermakna.

Pada akhirnya, keputusan untuk tinggal atau pergi adalah pilihan pribadi. Yang terpenting, apa pun jalannya, setiap individu harus siap menghadapi tantangan dan risiko yang menyertainya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *