Digital Abuse dalam Hubungan: Kenali Tanda dan Cara Mengatasinya
Perilaku abusive dalam hubungan bukan hanya terbatas pada kekerasan fisik atau verbal, tetapi juga bisa terjadi secara digital. Dengan meningkatnya penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, digital abuse menjadi bentuk pengendalian dan manipulasi yang semakin sering terjadi. Meski terlihat lebih “ringan” dibandingkan bentuk kekerasan lainnya, digital abuse tetap bisa meninggalkan dampak yang serius bagi kesehatan mental dan emosional korban.
Baca juga : love bombing pelecehan asmara
Digital abuse adalah bentuk kekerasan atau pengendalian yang dilakukan melalui teknologi digital, seperti ponsel, media sosial, aplikasi, atau platform daring lainnya. Dalam hubungan, pelaku digital abuse memanfaatkan teknologi untuk:
- Memantau aktivitas pasangan.
- Mengontrol atau mengisolasi pasangan.
- Melecehkan atau mengancam secara digital.
Contohnya termasuk:
- Memantau akun media sosial tanpa izin.
- Menyebarkan informasi pribadi atau foto tanpa persetujuan.
- Mengirim pesan atau komentar kasar dan merendahkan.
- Menggunakan aplikasi pelacak untuk mengetahui lokasi pasangan setiap saat.
Perilaku ini sering kali terjadi secara halus, membuat korban tidak menyadari bahwa mereka sedang menjadi target kekerasan.
Tanda-Tanda Digital Abuse
Agar lebih waspada, berikut adalah beberapa tanda digital abuse yang perlu dikenali:
- Kontrol Berlebihan terhadap Aktivitas Online
Pasangan kerap meminta akses ke akun media sosial, email, atau ponsel tanpa persetujuan. Mereka memantau pesan, kontak, hingga aktivitas online secara berulang tanpa alasan jelas. - Pemantauan Lokasi yang Berlebihan
Pelaku menggunakan aplikasi pelacak atau terus-menerus meminta pembaruan lokasi, meskipun tidak ada alasan yang mendukung, seperti keadaan darurat. - Mengirim Pesan atau Menelepon Terus-Menerus
Pelaku sering menghubungi korban untuk memeriksa atau menuntut perhatian. Mereka merasa marah atau curiga jika pesan atau panggilan tidak segera dijawab. - Mempermalukan Pasangan di Media Sosial
Pelaku menggunakan platform media sosial untuk mempermalukan pasangan dengan mengunggah foto atau informasi pribadi tanpa persetujuan, atau memposting komentar negatif di hadapan publik. - Ancaman Melalui Pesan Digital
Pesan teks, email, atau media sosial digunakan untuk mengancam atau menakut-nakuti pasangan, baik secara langsung maupun melalui intimidasi halus. - Memaksa Berbagi Kata Sandi
Pelaku menuntut akses ke akun pribadi pasangan dengan alasan “kepercayaan,” tetapi sebenarnya bertujuan untuk mengontrol atau memantau aktivitas digital korban. - Mengisolasi Pasangan Secara Digital
Pelaku membatasi interaksi pasangan dengan orang lain di dunia maya, misalnya memaksa korban berhenti mengikuti teman atau keluarga di media sosial, sehingga korban merasa terputus dari lingkungannya. - Mengontrol Informasi dan Konten yang Diakses
Pelaku membatasi akses korban ke konten atau informasi tertentu, seperti memblokir situs web atau media yang dianggap “mengancam” kontrol mereka dalam hubungan. - Reaksi Berlebihan terhadap Pesan yang Tidak Dibalas
Ketika pesan atau panggilan tidak segera dijawab, pelaku menunjukkan kemarahan berlebihan, melontarkan tuduhan, atau menyalahkan pasangan karena dianggap tidak peduli. - Memaksa Mengirim Foto atau Video
Pelaku meminta pasangan mengirimkan foto atau video pribadi, bahkan yang bersifat sensitif, menggunakan manipulasi emosional atau ancaman untuk memaksakan kehendaknya.
Cara Mengatasi Digital Abuse
Jika kamu atau orang terdekat mengalami digital abuse, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Sadari Pola Perilaku: Kenali tanda-tanda perilaku yang tidak sehat dalam hubungan.
- Komunikasikan Batasan: Sampaikan dengan tegas batasan digital yang kamu butuhkan kepada pasangan.
- Lindungi Privasi Digital: Ganti kata sandi secara berkala, gunakan autentikasi dua faktor, dan batasi akses pasangan ke akun pribadi.
- Cari Dukungan: Ceritakan pengalamanmu kepada teman, keluarga, atau konselor yang dapat memberikan perspektif objektif.
- Pertimbangkan Keluar dari Hubungan: Jika perilaku pelaku tidak berubah, evaluasi ulang apakah hubungan tersebut masih layak untuk dipertahankan.
Digital abuse mungkin tampak sepele, tetapi dampaknya bisa sangat merusak. Hubungan yang sehat adalah hubungan yang didasari rasa saling percaya, hormat, dan kebebasan. Jangan ragu untuk mengambil tindakan jika merasa berada dalam situasi yang tidak aman secara emosional maupun digital.
One thought on “tanda hubungan tidak sehat digital abuse”