Presiden Prabowo Subianto secara terbuka menyatakan bahwa dirinya bukanlah seorang investor pasar modal dan mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki saham. Ia menegaskan, “Saya nggak punya saham. Rakyat di desa-desa juga tidak punya saham. Jika harga saham jatuh, yang merasakan dampaknya adalah para pemain bursa,” kata Prabowo, seperti yang diunggah oleh akun Instagram @amanatinstitute pada Kamis (5/12).
Prabowo pun menggambarkan investasi saham sebagai bentuk perjudian bagi investor kecil, karena keuntungan terbesar dalam pasar saham cenderung dinikmati oleh investor besar, yang disebut sebagai bandar. “Saya kasih tahu, kalau orang kecil yang main saham pasti kalah. Untuk orang kecil, itu seperti judi, yang menang adalah bandar besar, yang kuat,” tegas Prabowo.
Menurutnya, aktivitas pasar modal cukup rumit dan dapat membingungkan banyak orang. Ia memberi contoh teman-temannya yang ahli di bidang matematika namun harus terus-menerus memantau pergerakan harga saham di layar monitor. Ketika harga saham turun, mereka harus melakukan perhitungan ulang atas strategi investasi yang telah dibuat.
Bagaimana tanggapan dari Bursa Efek Indonesia (BEI)?
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyatakan bahwa pihaknya sependapat dengan pandangan Presiden Prabowo tersebut. “Saya sangat setuju dengan pesan yang disampaikan oleh Bapak Presiden,” kata Jeffrey saat diwawancarai wartawan, Kamis (5/12).
Jeffrey menekankan pentingnya bagi investor untuk selalu bersikap rasional dalam memilih saham sebagai instrumen investasi. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah memastikan bahwa perusahaan yang dijadikan investasi memiliki kinerja yang sehat. “Kami selalu mengingatkan agar investor mengambil keputusan secara rasional dengan memperhatikan fundamental perusahaan,” ujar Jeffrey.
Selain itu, ia juga mengingatkan para investor pemula untuk tidak tergoda oleh bujuk rayu influencer. “Keputusan investasi yang hanya didasarkan pada rekomendasi influencer atau rumus tertentu tanpa memahami dasar-dasar fundamental saham yang akan dibeli, bukanlah pilihan yang bijak,”