Perbedaan Lembaga Investasi Danantara Besutan Prabowo dengan INA Buatan Jokowi

BPI Danantara: Superholding Baru dengan Tiga Pilar Utama

Presiden Prabowo Subianto secara resmi membentuk Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) sebagai lembaga pengelola investasi strategis negara. Berbeda dengan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) yang dibentuk pada 2020 oleh Presiden Joko Widodo, Danantara hadir dengan skala yang jauh lebih besar dan memiliki tiga pilar utama dalam pengelolaan investasinya.

Baca juga : Strategi Danantara Lebih Besar dari Temasek

Tiga Pilar Utama BPI Danantara

Wakil Kepala BPI Danantara, Kaharuddin Djenod, menjelaskan bahwa Danantara tidak hanya berfungsi sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) seperti INA, tetapi juga memiliki dua pilar tambahan yang memperkuat perannya dalam ekosistem investasi nasional.

1. Sovereign Wealth Fund (SWF) Danantara akan bertindak sebagai salah satu badan SWF yang berfokus pada penarikan dan pengelolaan dana investasi untuk dialokasikan pada berbagai sektor strategis.
2. Development Investment Pilar ini bertanggung jawab dalam pengelolaan investasi dan pengembangan proyek-proyek strategis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
3. Asset Management Fungsi ini memungkinkan Danantara untuk mengelola dan mengoptimalkan aset negara guna meningkatkan nilai ekonomi jangka panjang.

“INA hanya memiliki satu pilar, sementara Danantara hadir dengan tiga pilar utama yang membuatnya lebih besar dan lebih kuat dalam mengelola investasi strategis negara,” ujar Kaharuddin dalam pertemuan di Kantor Danantara, Jakarta, Selasa (19/11).

Superholding Layaknya Temasek

Danantara dirancang sebagai superholding yang menggabungkan konsep Temasek Holdings dan Government of Singapore Investment Corporation (GIC) dari Singapura. Ide pembentukan Danantara ini merupakan gagasan langsung dari Presiden Prabowo, termasuk penamaan lembaga tersebut.

“Danantara adalah penggabungan dari model Temasek dan GIC dalam satu struktur besar dan kuat,” tambah Kaharuddin.

Peran dan Target BPI Danantara

Sebagai badan investasi strategis, Danantara memiliki tujuan utama untuk berinvestasi dalam program-program prioritas nasional yang berdampak besar dan berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia. Yang menarik, Danantara tidak akan bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), melainkan mengandalkan investasi berbasis non-APBN.

Untuk menarik investor asing, Danantara akan membangun dan mengembangkan korporasi milik pemerintah dengan skala internasional serta menciptakan ekosistem investasi yang kondusif dan kompetitif. Selain itu, Danantara juga mengelola tujuh BUMN terbesar di Indonesia, yaitu:

• PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
• PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
• PT PLN (Persero)
• PT Pertamina (Persero)
• PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
• PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
• PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID)

Selain itu, Danantara juga akan mengonsolidasi INA dalam ekosistemnya.

Potensi dan Proyeksi Keuangan

Pada tahap awal, BPI Danantara menargetkan pengelolaan aset atau assets under management (AUM) sebesar USD 600 miliar atau sekitar Rp9.538 triliun (asumsi kurs Rp15.893 per USD). Seiring dengan masuknya aset negara lainnya dalam portofolio, nilai kelolaan ini diproyeksikan meningkat hingga USD 982 miliar atau sekitar Rp15.612 triliun.

Dengan struktur yang lebih besar dan cakupan investasi yang lebih luas, Danantara diharapkan menjadi motor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi nasional, sekaligus menarik lebih banyak investasi asing ke Indonesia. Dengan pendekatan ini, pemerintah optimis Danantara dapat memperkuat stabilitas ekonomi negara dalam jangka panjang.